mobil sejuta umat mitsubishi
info otomotif terbaru – Ferrari merah melaju cepat di jalan bebas gangguan yang tengah tidak padat kendaraan. Mobil berlogo “Kuda Jingkrak” jauh menyalip Toyota Avanza yang bersusah payah mencoba mengejar. Sayangnya, di depan Ferrari, ternyata sudah ada lagi Avanza. Si pengemudi Ferrari kemudian menginjak gasnya lebih dalam untuk menyalip Avanza.
Ia lagi-lagi berhasil mendahului Avanza kedua. Akan namun, lagi-lagi sang pengemudi Ferrari dibuat kaget, penampakan Avanza sudah kembali ada di muka moncong Ferrari. Aksi Ferrari menyalip Avanza ini terus berulang sampai akhirnya yang keluar sebagai jagoan adalah “mobil sejuta umat” Toyota Avanza. Ferrari tidak pernah mampu “menyusul” Avanza karena populasi mobil ini ada “di mana-mana”.Cerita menyerupai kisah Kancil dan Keong ini merupakan anekdot yang muncul ketika Avanza memimpin pasar low MPV di Indonesia. Avanza selalu ada di jalanan. Johnny Darmawan, mantan Presiden Direktur Toyota Astra Motor (TAM) periode 2002-2014 mengenang kembali anekdot itu pada Tirto. Ia ingin menegaskan bahwa Avanza tentunya masih pantas dinobatkan sebagai “mobil sejuta umat” karena populasinya benar-benar besar di jalanan Indonesia.
“Pada zaman saya , Avanza sempat terjual 21 ribuan unit per bulan,” kata Johnny.
Johnny Darmawan yang mana juga Wakil Ketua Umum Sebelah Perindustrian Kadin Indonesia, adalah orang yang membidani kelahiran Avanza. Kisah kelahiran Avanza diabadikan dalam buku Kiprah Toyota Melayani Indonesia 2002-2014 (2014:76) suntingan Rizka S. Aji. “Sahabat mengajukan untuk membuat mobil yang persis seperti Kijang akan tetapi dengan harga yang biasanya terjangkau,” kata Johnny.
Gagasan adanya mobil “Kijang” versi relatif murah sudah mulai ada studinya sejak 1999, sebagai jawaban krisis yang melanda Indonesia dan pasca-rontoknya gagasan mobnas yang kandas di WTO. Johnny semestinya “ribut” dengan utusan Toyota Motor Corporation (TMC) di Indonesia untuk meloloskan konsep mobil adik Toyota Kijang ini. Ia juga semestinya terbang ke Jepang, membawa proposal Avanza ke pos besar TMC.
“TMC akhirnya sependapat, cuma Toyota ngomong, kalau sobat yang buat harganya akan mahal. Disepakati untuk kolaborasi dengan Daihatsu, lahirlah duo kembar Avanza-Xenia pada 2004,” kata Johnny.
Semenjak diluncurkan pada gelanggang Gaikindo Auto Expo Desember 2003, dan dipasarkan Januari 2004 dibanderol Rp89,5-99,5 juta, Avanza langsung menggoyang pasar dan sukses terjual 43 ribu unit. “Momentumnya tentunya tepat. Saat itu perekonomian mulai pulih. Saking tingginya permintaan beberapa pelanggan bernyali besar membayar lebih mahal untuk mendapatkan dengan segera. Selisihnya bisa mencapai Rp5 juta.”
Dalam tempo 10 tahun, penjualan Avanza mencapai 1 juta unit lebih (per Oktober 2013). Ini membuat Avanza penuaian rekor MURI, sebab Kijang perlu 25 tahun untuk bisa menembus penjualan sebanyak itu. Populasi Avanza di jalan-jalan Indonesia ditaksir mencapai 1,6 juta unit sampai Juli tahun lalu. Kalau rata-rata Avanza terjual 9.000 unit per bulan di 2017, maka saat ini populasi Avaza tentunya belum sampai menembus 1,7 juta unit. Akan namun, ini sudah cukup menegaskan menyebut Avanza sebagai “mobil sejuta umat”.Kesuksesan Avanza di pasar low MPV dan puncaknya saat mampu membukukan penjualan 213.458 unit di 2013 membuat pemain lain contohnya General Motors (GM) ikut nimbrung di lapisan low MPV. GM meluncurkan Chevrolet Spin dirilis 2013, setelah sebelumnya muncul Suzuki Ertiga pada 2012.
Pada 2014, Honda tidak mau ketinggalan dengan meluncurkan Honda Mobilio. Semakin padatnya persaingan di lapisan low MPV, membuat dominasi Avanza pelan-pelan pudar. Mulai 2014, penjualan Avanza terus tergerus menjadi hanya terjual 162.070 unit, lalu kembali turun pada 2015 hanya terjual 129.205 unit. Pada 2016 hanya 122.654 unit terjual, dan 2017 hanya 109.529 unit. Tahun lalu Avanza hampir-hampir turun di bawah “angka keramat” di kisaran 100 ribu unit, atau kembali ke angka penjualan 2009 yang menorehkan 100.065 unit.
Meski dalam tren penjualan menurun, belum ada yang menyaingi penjualan Avanza di lapisan low MPV. Analisis Tirto dari berbagai rival Avanza di luar grup merek Toyota, belum ada yang berhasil melewati penjualan bulanan Avanza. Hanya pada Agustus-September 2016, Avanza sempat tersalip oleh sang adik, Toyota Calya.
Akan namun, tidak sampai dua tahun, rekor dominasi penjualan Avanza mulai tercoreng, saat ini bukan oleh saudara mudanya Toyota Calya. Mitsubishi Xpander mampu membalikkan kutukan lawan-lawan Avanza.
Berdasarkan Adukan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) penjualan wholesales—dari pabrik ke dealer—Xpander mampu membuat Avanza bertekuk lutut. Wholesales Februari Avanza hanya terjual 6.773 unit—termasuk Toyota Transmover untuk taksi— sementara Xpander terjual 7.400 unit atau masing-masing 28 persen dan 31 persen pangsa pasar low MPV.
Mitsubishi yang Sumringah dan Kelalaian Toyota
Gelagat Avanza bibit tersalip oleh Xpander sudah tercium sejak Januari 2018. Pada bulan itu ada 7.081 unit Xpander terkirim ke dealer, mengekor di lokasi kedua setelah Toyota Avanza yang mencatatkan pengiriman 7.543 unit, termasuk 852 unit Toyota Transmover. Akan namun, kalau Toyota konsisten memisahkan lapisan Avanza dan Transmover, maka Xpander sudah jadi penguasa low MPV sejak Januari 2018.
Apa jawaban Mitsubishi?
Mitsubishi tentu senang bukan kepalang, Head of PR & CSR PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) Intan Vidiasari bersyukur pada torehan ini. “Penerimaan masyarakat yang benar-benar baik pada Xpander, memperlihatkan bahwa versi ini dapat memenuhi ekspektasi dan kebutuhan pelanggan small MPV dan mobil keluarga di Indonesia,” kata Intan pada Tirto.
Xpander yang mampu menyalip Avanza di awal 2018 pastinya membuat Toyota terpukul. Akan namun, Toyota kepunyaan alibi. Saat Xpander bergairah mengekor Avanza, Toyota tengah kepunyaan “mainan baru” melalui Toyota All New Rush yang mana juga tengah naik daun. Catatan Toyota, sudah ada 19 ribu unit Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) semenjak mobil ini diluncurkan dua bulan lalu. Artinya dengan target produksi 3.000 unit Rush, maka bibit terjadi inden.
Public Relation Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Rouli Sijabat mengatakan pasokan Rush semestinya ditambah agar tidak terjadi inden panjang. Di sisi lain, ada pengurangan pasokan ke dealer untuk Avanza, karena dianggap rasio stok Avanza ke dealer masih aman untuk memenuhi permintaan pelanggan.
“Kalau rasio stoknya bagus, pasokannya sahabat kurangi dari pabrik, Avanza satu pabrik degan Rush, Terios. Saat akan menaikkan Rush, sehingga berpengaruh ke yang lain,” kata Rouli.
Akan namun, apa saja karenanya, Toyota sudah lengah untuk urusan pengiriman unit dan stok mereka ke dealer. Pengiriman unit dan penjualan ke retail tentunya berbeda, namun bagaimana pun itu masih saling berkaitan. Di sisi lain, kompetitor seperti Mitsubishi tentu kepunyaan strategi dan kebutuhan untuk membanjiri dealer dengan Xpander karena pemesanan Xpander per Januari sudah mencapai 55 ribu unit.
Target Mitsubishi untuk membikin Xpander tahun ini tentunya 70 ribu unit atau tidak sampai 6 ribu unit per bulan. Akan namun, sedangkan dalam dua bulan terakhir wholesales Xpander selalu di atas 7 ribu unit. Fakta ini luput dari pantauan Toyota.
Johnny Darmawan ikut angkat suara hal capaian Avanza yang makin melempem semenjak ia pensiun dari TAM pada 2014 lalu, termasuk saat Xpander sudah mengangkangi Avanza di Februari 2018. Akan namun, Johnny optimistis lokasi Avanza sebagai mobil “sejuta umat” susah mendapatkan tandingan dari para kompetitor.
“Seharusnyanya tidak bibit kalah, sparepart-nya Avanza ada di mana-mana. Jangan lihat sebulan, akan kelihatan dominan itu baru setahun dua tahun,” kata Johnny.
Persaingan di pasar low MPV di Indonesia semakin keras dan tidak ada yang bisa menjamin siapa penguasa pasar setelah itu. Toyota sudah memperlihatkan sendiri saat melahirkan Kijang sebagai mobil berharga biasanya terjangkau di periode 1970-an, sampai kelahiran Avanza yang tidak pernah diduga. Avanza sebagai mobil dengan populasi “sejuta umat” tentunya tidak terbantahkan.
Apakah akan tetap abadi?