Dampak krisis iklim yang tidak terlihat terhadap kesehatan mental




Pada Hari Kesehatan Mental Sedunia ini kita harus memprioritaskan solusi iklim yang mencakup membangun komunitas dengan mempertimbangkan keberlanjutan dan kesejahteraan.

Pada Hari Kesehatan Mental Sedunia ini kita harus memprioritaskan solusi iklim yang mencakup membangun komunitas dengan mempertimbangkan keberlanjutan dan kesejahteraan. (Foto: John Cameron melalui Unsplash)


Pada Hari Kesehatan Mental Sedunia, kita harus menghadapi dampak emosional yang tidak terucapkan dari krisis iklim, mulai dari kecemasan terhadap lingkungan hingga trauma yang berkepanjangan. Mengatasi tantangan yang saling terkait ini memerlukan lebih dari sekedar upaya individu; hal ini memerlukan perubahan sistemik yang memprioritaskan kesejahteraan lingkungan dan mental.


Ketika masyarakat di seluruh dunia bergulat dengan bencana iklim yang semakin sering terjadi dan parah, mulai dari kebakaran hutan hingga badai yang dahsyat, salah satu aspek dari krisis ini yang sering kali tidak disebutkan adalah dampaknya terhadap kesejahteraan mental kita. Pada tanggal 10 Oktober, Hari Kesehatan Mental Sedunia, kita tidak bisa mengabaikan kecemasan, kesedihan dan trauma yang disebabkan oleh degradasi lingkungan dan masa depan kita yang tidak pasti.


Ketika kebakaran hutan dan angin topan melanda masyarakat tanpa ada tanda-tanda akan berakhir, tidak mengherankan jika banyak orang merasa takut, kehilangan, dan putus asa. Laporan menunjukkan bahwa semakin banyak orang, terutama di kalangan generasi muda, yang berjuang melawan kecemasan terhadap lingkungan dan kesedihan akibat perubahan iklim. Hal ini tidak mengherankan mengingat mereka akan menghadapi konsekuensi jangka panjang dari keadaan darurat iklim.


Dampak yang ditimbulkan tidak hanya berupa bencana alam dan stres individu. Perubahan iklim telah mempersulit kehidupan orang-orang yang sudah berjuang. Kondisi kehidupan yang tidak stabil telah memperburuk stres kronis dan meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan fisik. Kehilangan rumah karena kebakaran hutan atau banjir dapat menyebabkan trauma yang berkepanjangan.


Sistem ekonomi kita saat ini, yang mengutamakan keuntungan dibandingkan masyarakat, memperburuk krisis kesehatan mental ini. Memprioritaskan keuntungan telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang mendorong perubahan iklim. Hal ini juga memperdalam kesenjangan melalui privatisasi hal-hal penting seperti perumahan dan layanan kesehatan, sehingga memotong dukungan bagi mereka yang paling menderita dalam krisis ini, baik karena polusi, pengungsian atau pengobatan yang tidak terjangkau.


Kondisi kehidupan yang tidak stabil telah memperburuk stres kronis dan meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan fisik.


Untuk benar-benar mengatasi masalah ini dan melindungi kesejahteraan mental dalam konteks ini memerlukan perubahan struktural yang besar, bukan hanya strategi penanggulangan individu. Perumahan publik yang terjangkau dan tahan iklim harus diakui sebagai prioritas layanan kesehatan. Mengatasi bencana iklim itu sendiri merupakan sebuah intervensi dalam menghadapi krisis kesehatan mental.


Kebijakan iklim saat ini menekankan peningkatan infrastruktur, namun dampak psikologis memerlukan pertimbangan yang sama. Perencanaan ketahanan harus melibatkan pakar kesehatan untuk mengembangkan respons terhadap bencana berdasarkan trauma dan akses terhadap layanan kesehatan mental. Rencana peralihan dari bahan bakar fosil ke energi yang lebih ramah lingkungan harus mencakup literasi kesehatan mental untuk memberdayakan masyarakat dengan pengetahuan dan keagenan.


Sebagian besar kelompok masyarakat yang rentan, terutama mereka yang menghadapi bahaya lingkungan yang tidak proporsional dan kekurangan sumber daya, memerlukan dukungan yang terfokus. Berinvestasi pada perumahan terjangkau yang tahan terhadap guncangan iklim yang semakin meningkat merupakan prioritas kesehatan dan moral masyarakat. Memenuhi kebutuhan dasar akan menstabilkan kehidupan dan kesejahteraan semua orang.


Perencanaan ketahanan harus melibatkan pakar kesehatan untuk mengembangkan respons terhadap bencana berdasarkan trauma dan akses terhadap layanan kesehatan mental.


Menghormati Hari Kesehatan Mental Sedunia menuntut kita untuk mengakui dampak besar darurat iklim terhadap kesejahteraan mental kita bersama. Meletakkan landasan bagi masa depan yang layak huni tidak hanya bergantung pada peningkatan infrastruktur, namun juga pada kesadaran akan keterhubungan antara kesehatan lingkungan dan kesehatan mental. Perekonomian yang sejahtera dapat membantu kita menerapkan pendekatan kebijakan yang holistik, berbasis komunitas, dan adil yang mengaitkan ketahanan iklim dengan layanan kesehatan universal dan dukungan sosial. Kita dapat keluar dari krisis global yang sedang berlangsung ini dengan lebih siap menghadapi tantangan melalui ketahanan infrastruktur dan hati serta pikiran kita.


Untuk menghormati tujuan Hari Kesehatan Mental Sedunia untuk meningkatkan kesadaran akan masalah kesehatan mental dan memobilisasi upaya untuk mendukung kesehatan mental, kita harus memprioritaskan solusi yang mencakup membangun komunitas dengan mempertimbangkan keberlanjutan dan kesejahteraan.


Karya ini awalnya diterbitkan di Toronto Star.




Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url